.:: ASSALAMU'ALAIKUM PEMBACA YANG BUDIMAN * SELAMAT MEMBACA CATATAN-CATATAN SEDERHANA INI ::.

Sabtu, 20 Maret 2010

juru parkir

Setiap orang pasti punya ekspektasi tinggi mau kerja apa nantinya. Ada yang ingin jadi manajer, akuntan, guru, dan bahkan ada yang ingin jadi presiden. Sah-sah saja, dan sangat manusiawi. Apalagi kalau pekerjaan itu menguntungkan dari segi finansial. Saya pun punya keinginan seperti itu. Tapi entah mengapa beberapa hari yang lalu ada semacam pikiran dahsyat dalam otak saya. Dahsyat yang saya maksud bukanlah tentang pekerjaan yang mewah, tapi tentang substansi pekerjaan itu sendiri. Begini saja, daripada pembaca sekalian bingung, akan saya ceritakan saja pemikiran dahsyat saya.

Senin malam, tanggal 15 Maret 2010, saya mengantarkan ibu saya berobat. Pulangnya ibu meminta saya untuk mampir sebentar di sebuah apotek. Sebagai anak yang berbakti saya harus menurut ( ^_^ ).
Saya dan ibu akhirnya mampir di salah satu apotek di depan pasar Pahing. Ibu masuk sendiri ke apotek, saya tunggu di luar. Malam itu hujan rintik-rintik, tapi jalanan agak padat. Saat itulah tanpa sengaja saya melihat seorang dengan jas hujan warna biru mengatur sebuah mobil yang akan keluar dari parkir. Saya lalu mengalihkan pandangan ke pedagang ayam goreng (saya agak lapar waktu itu). Agak lama juga saya memperhatikan pedagang itu mengolah ayam dan menggorengnya. 

Tak berapa lama hujan berhenti dan jalanan jadi tambah padat. Setelah puas dengan tontonan ayam goreng saya mengalihkan pendangan lagi. Saya melihat seorang juru parkir (jukir) yang masih muda. Asumsi saya umurnya sekitar 25-27 tahunan. Kesan pertama saya energik dan ramah. Dengan setelan seragam jukir khas Dinas Perhubungan yang rapi dan selayaknya jukir di Indonesia, ia membawa peluit. Ia mengatur kendaraan-kendaraan yang parkir atau sekadar untuk putar arah. Sesekali jika bertemu jukir lainnya, ia tersenyum ramah. Saya perhatikan ia ketika ditanyai seseorang yang sudah tua dan tampak kebingungan. Dengan senyum ramah, ia menjawab setiap pertanyaan orang tua dan menolongnya menyeberang. Wah, alangkah keren sekali dia itu. Saya pikir-pikir, daripada jadi polisi yang kadang ditakuti lebih baik jadi jukir yang merakyat dan murah senyum. 

Lalu terlintaslah sebuah gagasan mahakeren dalam benak saya. Pekerjaan paling profesional di dunia ini adalah Juru Parkir. Bukan masalah tinggi rendahnya gengsi sebuah pekerjaan, tapi ini masalah integrasi. ini bukan masalah seberapa banyak duit yang kita peroleh, tapi soal seberapa banyak kita memberi manfaat untuk orang lain. Dan suatu saat saya akan coba untuk “berkarir” sebagai jukir.

Mandalawangi, 20 Maret 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.:: TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA * SEMOGA BERMANFAAT UNTUK ANDA SEMUA * WASSALAMU'ALAIKUM ::.