.:: ASSALAMU'ALAIKUM PEMBACA YANG BUDIMAN * SELAMAT MEMBACA CATATAN-CATATAN SEDERHANA INI ::.

Minggu, 29 November 2009

BELAJAR DARI GUS MUS

Judul : Gus Mus; Satu Rumah Seribu Pintu
Editor : Labibah Zain & Lathiful Khuluq
Penerbit : LKIS bekerja sama dengan Fak. Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tebal : xxiv + 295 halaman

Di Indonesia ini adakah seorang kiai yang juga seorang penyair, cerpenis, budayawan, bahkan juga seorang pelukis. Tentu saja ada. Jika pembaca parnah mendengar atau sekadar membaca tentang Gus Mus, beliaulah orangnya. KH. A. Mustofa Bisri, atau sapaan akrab beliau Gus Mus bisa dibilang adalah seorang kiai yang serba-bisa. Dan pada 30 Mei silam beliau mendapat kehormatan dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan menerima gelar Doctor Honoris Causa atas jasa beliau dalam mengembangkan kebudayaan Islam di Indonesia. Dan dalam rangka pengukuhan Doctor HC itulah buku ini diterbitkan.
Secara keseluruhan buku ini berisi esai-esai ringan tentang sosok Gus Mus. Selain itu ada juga puisi dan cerpen yang ditulis oleh sahabat-sahabat beliau sesama sastrawan. Keseluruhan ada 31tokoh yang ikut menyumbangkan tulisannya dalam buku ini. Mulai dari keluarga beliau, rekan sesama ulama, sastrawan, dan santri beliau. Tak tanggung-tanggung sastrawan senior sekaliber Taufiq Ismail, Sutardji Calzoum Bachri, D. Zawawi Imron, Sapardi Djoko Damono dan beberapa budayawan kondang seperti Emha Ainun Najib dan Goenawan Mohammad pun ikut nimbrung menyumbangkan esai, puisi, dan cerpennya. Tampaklah betapa sosok kiai yang murah senyum dan santun ini begitu berkesan di hati banyak orang.

Cakupan bahasan buku ini sendiri cukup luas. Pembaca seakan dapat melihat sosok Gus Mus dari berbagai sudut kehidupannya. Mulai dari pandangan keluarga dekat beliau, sosok Gus Mus dalam dunia sastra dan budaya, hingga pertemanan beliau dengan beberapa tokoh ulama dan budayawan. Sebagai contoh simaklah esai dari putri sulung beliau, Ienas Tsuroiya. Dengan gamblang Ienas menceritakan pengalaman-pengalaman menariknya semasa kecil bersama sang Abah. Atau ulasan puisi-puisi Gus Mus oleh Jamal D. Rahman, pimred majalah sastra Horison. Menurutnya puisi-puisi Gus Mus memberikan kesegaran tersendiri bagi sastra Indonesia. Lewat puisi-puisi yang sederhana dengan bahasa yang santun, Gus Mus telah menampakkan wajah Islam yang sesungguhnya. Meski begitu, puisi-puisi beliau juga sarat dengan renungan-renungan dan kritik sosial yang pedas. Singkat kata, melalui buku ini kita bisa merekonstruksi sesosok manusia Indonesia yang hampir ideal disebut sebagai teladan. Dan cukup pantas pula buku ini disebut sebagai sebuah buku motivasi. Melalui variasi tulisan yang kaya dan tidak monoton membuat buku ini setidaknya bisa jadi bacaan yang mendidik dan menyegarkan bagi semua kalangan, termasuk pembaca remaja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.:: TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA * SEMOGA BERMANFAAT UNTUK ANDA SEMUA * WASSALAMU'ALAIKUM ::.