.:: ASSALAMU'ALAIKUM PEMBACA YANG BUDIMAN * SELAMAT MEMBACA CATATAN-CATATAN SEDERHANA INI ::.

Sabtu, 01 Mei 2010

My Name Is Khan, and I’m Not A Terrorist!

Sebelum membaca ulasan ini, saya cantumkan disini link untuk download film ini :
http://cinema3satu.blogspot.com/2010/02/my-name-is-khan.html
atau di sini : http://www.thehack3r.com/2009/12/my-name-is-khan.html



Bagaimana jika tiga komponen; kisah cinta, Islam, dan sindroma Asperger (sejenis autis) dipersatukan dalam sebuah rangkaian cerita menawan? Hasilnya My Name Is Khan!
Ini sebuah film India teranyar besutan Bollywood yang saat ini tengah beredar di bioskop-bioskop dunia, termasuk di Tanah Air, yang layak bersanding (bertanding?) dengan keperkasaan Hollywood! Saya harus menyebut Shahrukh Khan dan Kajol Devgan, dua bintang yang masing-masing memerankan Rizwan Khan dan Mandira, selain juga sutradara muda Karan Johar, sebagai “nafas” film drama percintaan ini. Perlu diberi catatan, untuk urusan memerankan seorang penderita autis, Shahrukh Khan mampu menyejajarkan diri dengan Tom Hanks yang berperan sebagai Forest Gump dalam film Forest Gump.

Di sisi lain, Kajol adalah aktris berbakat sekaligus memikat, yang mahir memerankan dua keadaan jiwa yang saling bertolak belakang: bahagia dan duka, sedih dan gembira, ceria dan muram. Satu hal, Mandira yang diperankan Kajol mampu memunculkan sosok perempuan India yang tegas, berwibawa, pantang menyerah, tetapi tetap menyimpan cinta yang hangat dan tulus, yang pasti didamba setiap pria manapun di dunia ini (duh, lebay deh!).

Meskipun ini film drama percintaan India, jangan harap Anda dapat menemukan tari-tarian dan lagu-lagu India yang biasa bertebaran dalam satu sekuel film India, yang karena budaya inilah film India dicap sebagai “jago kandang”, yang tidak akan mampu menembus pentas Holywood. Boleh jadi secara sadar Karan Johar memangkas tari-tarian itu sampai habis, kecuali pada adegan saat Khan dan Mandira menikah di sebuah kota kecil fiktif di Amerika Serikat. Sedangkan dua theme song utama film ini hanya dijadikan sebagai nyanyian latar saja.

My name is Khan, and I’m not a terrorist!

Kalimat inilah yang sesungguhnya menjadi titik tekan My Name Is Khan. Kalimat yang dilontarkan Rizwan Khan saat hendak menemui Presiden Amerika Serikat, kalimat yang diucapkan Rizwan Khan sambil mengangkat tangan di antara ribuan massa penyambut presiden, yang kemudian tertangkap kamera dan disiarkan televisi ke seantero dunia. Sebuah kalimat yang mengantarkan Khan ke penjara khusus para teroris dan Khan disiksa habis-habisan di sini, sebelum kemudian dia dibebaskan karena tidak terbukti bersalah, bahkan Khanlah yang menelepon biro penyelidik federal (FBI) atas adanya rencana teror yang dilihatnya!

Adegan ini mengajarkan pula kepada para jurnalis televisi bagaimana membuat dan menciptakan sebuah berita (baca cerita) menawan dan penting dari “seseorang” yang tak penting seperti Rizwan Khan. Benar, kedatangan presiden AS di sebuah wilayah akan menjadi berita… tetapi ya cuma itu saja, dan semua stasiun televisi akan memberitakannya secara seragam. Jurnalis yang baik, ulet, pantang menyerah dan memiliki kemampuan mengendus nose for news, bisa membuat gempar Amerika dan seluruh dunia hanya dengan mengolah gambar dan ucapan Rizwan Khan, “My name is Khan, and I’m not a terrorist!”

Pribadi autis
Sebagai penderita sindroma Asperger, Rizwan Khan kecil (diperankan Tanay Chheda) yang berasal dari keluarga kelas menengah Muslim India, menyadari kelebihan sekaligus kekurangannya itu. Dua “dunia” yang bersemayam dalam tubuhnya. Kelebihannya, ia menjadi anak yang supercerdas yang mampu menuliskan perasaannya dengan detail. Secara motorik dan logika, ia mampu mereparasi mesin rusak apapun sampai menjadi berfungsi kembali. Kekurangannya, ia tak mampu mengekspresikan kehebatannya kepada setiap orang, bahkan kepada ibunya sendiri (diperankan Zarina Wahab). Ia menjadi terisolir dan terusir dari kelompok sosial manapun. Rizwan hidup dalam dunianya sendiri, dunia yang dikembangkannya sendiri.
Sebagai penderita sindroma Asperger, Rizwan Khan takut akan warna kuning dan suara bising. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, kerap ia menjadi pusat kekerasan bagi anak-anak bandel yang merasa penampilan Rizwan aneh. Ibunya selalu mengajarkan, di dunia ini hanya ada dua jenis manusia: manusia baik yang selau berbuat baik, dan manusia jahat yang selalu berbuat jahat. Hanya manusia. Bukan agama!

Sebagai sebuah negara yang pernah terkoyak karena kerusuhan horisontal antara Muslim dan Hindu pada awal tahun 1980-an, film ini menjadi sensitif karena “bekas kerusuhan” itu masih belum pupus dalam sebagian benak orang India. Namun Rizwan Khan yang Muslim justru menikahi Mandira yang Hindu, yang ditentang habis adik Khan sendiri. Terlebih lagi ketika Islam menjadi bahasan tersendiri dan menempati banyak porsi pasca peristiwa WTC, film ini menjadi perhatian dunia karena ingin menghapus cap Islam sebagai teroris yang diterakan dunia Barat. Ada derita Muslim Amerika yang baru tergambar setelah peristiwa WTC itu, meski diwakili Muslim India di Amerika. Rizwan Khan mencatat, sebelumnya dunia mengenal patokan tahun sebelum masehi (BC) dan tahun sesudah masehi (AD), “Sekarang ada 9/11,” katanya. Tidak lain merujuk pada penanda awal penderitaan sebagian Muslim pasca peristiwa WTC itu.
Cerita bergaya flash back bergulir cepat berdasarkan catatan harian Rizwan Khan. Misalnya bagaimana Khan saat mendapat sponsor dari adiknya untuk pergi ke Amerika Serikat diperlakukan sebagai seorang teroris di bandara hanya karena dia seorang backpacker yang berpenampilan aneh, yang selalu meremas-remas batu di tangannya. Khan yang membantu adiknya berjualan kosmetik dan masuk ke salon-salon sehingga di sini kemudian bertemu Mandira yang menawan, Mandiri janda beranak satu yang kelak dinikahinya. Saya pribadi, mungkin penonton lainnya, terkesan dengan adegan dimana Khan dengan peci haji sedang khusuk sembahyang sementara Mandira menyiapkan prosesinya sendiri menurut keyakinannya, Hindu.

Inti film ini tetaplah kisah cinta, bukan persoalan perkawinan beda agama, bukan pula soal teroris. Benar ada adegan “sensitif” dimana di sebuah masjid Khan berani menolak dan menentang ajakan ustadz Faisal Rahman (diperankan Arif Zakaria) yang memanasi jamaah mesjid melakukan jalan kekerasan dengan merujuk sebuah ayat. Khan menentang dan mengatakan bahwa ustadz itu pembohong karena menurut keyakinannya yng tidak pernah bohong adalah ayat dalam Al Qur’an itu! Ucapan Khan membuat geram Faisal karena sebagian besar jamaah justru meyakini kebenaran ucapan Khan. Di Akhir cerita, seorang teman Faisal menikam Khan karena dianggap “menyimpang” dari keyakinan yang dianutnya soal cara jihad.

Kekuatan cinta
Bicara soal cinta, tak ada yang menandingi cinta tulus Khan kepada Mandira, cinta yang 100 persen tulus (Anda memilikinya?), karena mungkin kekurangan sekaligus keluguan Khan sebagai penderita Sindroma Asperger. Khan tidak mempersoalkan Mandira yang janda beranak satu dan Hindu pula. Mandira bisa menerima cinta Khan karena anaknya, Sameer (diperankan Yuvaan Makaar), bisa berteman baik dengan ayah tirinya itu. Saat teman-teman Sameer berpaling, Khanlah yang justru menghiburnya. Namun cinta Mandira berubah menjadi kebencian setelah kematian Sameer akibat kekerasan oleh empat anak berandal di sebuah lapangan sepakbola. Mandira menuding gara-gara Sameer membubuhkan nama Khan (berbau nama Islam) menjadi korban pembunuhan.
Polisi sudah angkat tangan mengungkap kasus ini, namun Mandira mengusut dengan caranya sendiri, kendati harus mengangkat poster sendiri di tengah lapangan sepak bola, mencari keadilan. Beruntung, Reese, teman Sameer yang diancam empat anak begajul itu agar tidak membocorkan pembunuhan itu, membongkar rahasia ini meski dengan risiko masuk penjara anak-anak. Reese luluh dengan upaya gigih Mandira mencari keadilan dan meminta maaf kepada Mandira.

Di sisi lain, Mandira merasa bersalah kepada suaminya, Khan, yang kini menjadi petualang demi mendekat kepada Presiden AS untuk meneriakkan “My name is Khan, and I’m not a terrorist!” . Betapa jujur dan tulisnya seorang Rizwan Khan! Mandira memang pernah berucap keras kepada kepada Khan, ”Kamu jangan diam saja, katakan kepada Presiden Amerika Serikat, bahwa kamu bukan teroris!” Rizwan Khan yang lugu, yang memandang Mandira sebagai cinta pertama dan terakhirnya ingin benar-benar mengusut pembunuh Sameer dengan caranya sendiri. Ia juga benar-benar menjalankan perintah istrinya itu sampai benar-benar bertemu Presiden AS terpilih, Barrack Obama (diperankan Christopher B Duncan) di akhir cerita.

Melalui layar televisi, Mandira juga melihat betapa Rizwan Khan dengan kegigihannya menolong korban bencana badai besar di Georgia, hanya karena di Georgia ia berteman dengan Mama Jenny, janda beranak satu beragama Kristen. Memang terasa berlebihan di sini, tetapi sebagai sebuah cerita sah-sah saja. Sang Sutradara, Karan Johar, barangkali juga ingin menyampaikan pesan bahwa agama dan keyakinan bukanlah halangan untuk kemanusiaan!

Mandira lekas sadar dan melihat sendiri di televisi bahwa suaminya, Rizwan Khan, benar-benar telah melaksanakan perintahnya itu. Khan yang lagu, mengepalkan jarinya sambil merunduk dan berteriak, “My name is Khan, and I’m not a terrorist!” sebelum kemudian polisi meringkusnya!

“Mandira, kau jangan benci Rizwan Khan, sebab dialah satu-satunya orang yang mencintaimu dengan tulus, ia juga sangat mencintai Sameer anakmu,” pesan Haseena, psikolog yang tahu persis penyakit Rizwan Khan, lewat telepon. Haseena adalah istri dari adik Rizwan Khan atau adik ipar Mandira. Dari sini, tinggallah Mandira mencari keberadaan Rizwan Khan yang dalam pengembaraan untuk mempartahankan hidupnya menjual jasanya dengan mereparasi apa saja, dari mobil mogok sampai televisi rusak. Dari keahliannya itulah Rizwan Khan bisa bertahan hidup di Amerika demi mengejar dan mendekat Presiden AS untuk menyampaikan pesan istrinya, “My name is Khan, and I’m not a terrorist!”

Di balik kisah cinta yang mengharu biru dan menguras air mata ibu-ibu, pesan dari film ini sangat kuat, bahwa Islam bukanlah teroris khususnya pasca pasca 9/11 dan betapa Muslim di Amerika harus menanggung derita tanpa akhir karena selalu dicurigai dalam setiap gerak dan langkah hidupnya.


Berikut ini Trailer filmnya :
<


Dikutip dari : http://hiburan.kompasiana.com/2010/02/28/my-name-is-khan-im-not-a-terrorist/

3 komentar:

  1. Kalau menyertakan video,akan lebih aman kalau kamu beri spoiler Drik,biar loadingnya enggak terlalu lemot. But resensinya bagus kok,mantap..
    Terus berkarya ya Nak..

    BalasHapus
  2. trima kasih Bu..tapi saya lom bgtu ngerti spoiler???

    BalasHapus
  3. film ini bagus walau ditonton berulang kali

    BalasHapus

.:: TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA * SEMOGA BERMANFAAT UNTUK ANDA SEMUA * WASSALAMU'ALAIKUM ::.