Muhammad, sebuah nama yang tak habis-habisnya disebut. Sejak kelahirannya 14 abad yang lampau, dunia telah berubah cukup drastis karenanya. Dipuji dan dihormati baik oleh umatnya maupun penganut kepercayaan lain karena kemuliaan akhlaknya dan kepemimpinannya. Statusnya sebagai nabi akhir zaman tak dapat dipungkiri adalah tanda kebesaran pribadinya. Tak habis-habisnya para cendekiawan menulis tentangnya.
Muhammad, itulah judul buku biografi (shirah) yang disusun oleh Martin Lings alias Abu Bakar Sirajuddin ini. Barangkali biografi susunan Martin Lings ini adalah karya kesekian ribu dan bukanlah yang terakhir yang bercerita tentang kehidupan Nabi Besar ini. Namun bukan berarti biografi ini monoton saja. Justru untuk ukuran masa kini, Martin Lings memberikan sentuhan klasik tapi dituturkan secara modern pada buku ini. Apa pasal?
Masyarakat sekarang mungkin tak banyak yang tahu siapa penulis biografi Nabi Muhammad yang pertama kali. Dan melalui bukunya ini, selain menceritakan tentang Muhammad, Martin Lings sekaligus mengingatkan kita kepada sosok Ibnu Ishaq (85-151 H) dan Ibnu Hisyam (wafat 218 H). Ibnu Ishaq adalah penulis pertama biografi Nabi Muhammad dengan judul Shirah Rasululloh, dan Ibnu Hisyam adalah juga seorang penulis sejarah yang banyak mengambil sumber dari karya Ibnu Ishaq itu. Ibnu Hisyam sendiri menulis biografi Muhammad yang hingga sekarang banyak dijadikan bahan rujukan, hari ini kita menyebut karyanya Shirah Ibnu Hisyam.
Ya, itulah sentuhan klasik yang penulis katakan tadi. Melalui dua karya biografi paling awal inilah Martin Lings menyusun buku ini. Selain dari kedua penulis klasik itu, Martin Lings juga mengambil sumber dari karya-karya Muhammad Ibnu Sa’ad (At-Thabaqatul Kabir), Muhammad Ibnu Umar Al-Waqidi (Al-Maghazi), Muhammad Ibnu Jarir At-Thabari (Tarikhurrosul wal Muluk), dan dari berbagai kitab kumpulan hadits. Usaha Martin Lings ini manarik, bahwa beliau sama sekali tidak mengambil apa-apa dari para penulis Barat (orientalis). Inilah yang membuat karya ini berbeda dari kebanyakan shirah yang lain, apalagi bila dibandingkan dengan karya-karya para orientalis.
Namun begitu, Martin Lings tidak kehilangan ciri khasnya sebagai seorang penulis Barat. Cara penuturannya dalam buku ini tetaplah cara bertutur penulis Barat. Inilah yang membuat karyanya ini begitu hidup. Ditulis menjadi jalinan cerita perjalanan hidup yang kontinu dan tidak monoton, seperti layaknya novel. Di beberapa tempat, Martin Lings juga memberikan catatan dan penjelasan khusus terkait konteks peristiwa dan beberapa keterangan tambahan dan komentar. Patut pula diapresiasi usaha sang penerjemah, Qamaruddin SF. Dalam edisi Indonesia karya ini tak kehilangan “jiwanya” sebagai hasil tulis seorang cendekiawan Barat.
Kelebihan lain karya ini adalah tuturannya yang sederhana. Inilah yang menjadikan buku biografi ini dapat dengan mudah dimengerti kalangan luas. Mulai dari remaja belasan tahun hingga orang dewasa. Dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, karya ini menjadi penting perannya bagi pembaca awam yang ingin mengenal sosok Nabi Muhammad, apalagi untuk remaja. Sungguh tak rugi jikalau Pembaca sekalian mengoleksi buku ini, apalagi kawan-kawan sesama muslim. Selamat Membaca!
Depok, 17 April 2011
Jadi penasaran boy....Nyilih aku????
BalasHapusAtas karyanyanya kukirimkan Al-Fatihah buat Dr Martin Lings alias Abu Bakar Sirajuddin.
BalasHapus