.:: ASSALAMU'ALAIKUM PEMBACA YANG BUDIMAN * SELAMAT MEMBACA CATATAN-CATATAN SEDERHANA INI ::.

Rabu, 06 Mei 2009

TENTANG PROSES KREATIF

Pernahkah pembaca yang budiman membaca sajak-sajak Chairil Anwar, W. S. Rendra, atau KH. A. Mustofa Bisri? Juga penahkah anda membaca cerpen-cerpen Joni Ariadinata atau Gola Gong? Saya yakin pembaca sekalian telah embaca semua karya sastra itu. Tapi pernahkah anda memikirkan bagaimana penulisnya bisa menghasilkan ciptaan seperti itu? Atau mungkin percayakah anda bahwa Chairil Anwar membuat satu buah puisi memerlukan waktu berbulan-bulan? Sebagian akan mejawab ya dan sebagian lagi akan menjawab tidak. Tapi yang jelas untuk menghasilkan karya “sebenarnya”, seorang sastrawan akan melalui proses yang terkadang sangat panjang dan mungkin juga rumit untuk sesuatu yang sepele. Tapi dari sifat sepele yang kadang tak terpikirkan oleh orang lain itulah para sastrawan kita mampu membuat pembacanya hanyut dalam karya-karyanya. Hal semacam itu adalah sebuah proses. Proses Kreatif.

Lalu apa itu proses kreatif ? saya pun tak tahu secara pasti apa itu proses kreatif. Tapi dari literatur yang pernah saya baca dan hasil pembacaan saya pada beberapa karya sastrawan, proses kreatif bisa kita analogikan sebagai seorang anak yang sedang tumbuh berkembang. Pertumbuahan itu ia mulai sejak ia lahir dan belum mampu berbuat apa-apa untuk dirinya sendiri. Dua-tiga tahun kemudian setelah ia belajar dan memahami lingkungannya, si anak tadi mulai tertawa, meniru, berjalan, berlari, dan berbicara. Ia mulai mengidentifikasikan lingkungannya. Si anak lalu masuk TK, naik ke SD, naik ke SMP, terus sampai ia lulus SMA dan kuliah atau bekerja. Sebut saja proses ini sebagai masa belajar. Ia belajar semuanya dari dasar sekali. Menulis dan membaca. Berkembang lagi ia bisa berhitung dan menjelaskan dengan alasan-alasan logis. Terus hingga ia kritis terhadap lingkungannya. Tidak berhenti sampai di situ, si anak tadi akan terus belajar dan berkembang sampai ia berhenti dari kehidupan. Mungkin itu sedikit gambaran tentang apa yang dinamakan proses kreatif. Sesuatu yang dinamis dan kontinu. Tidak pernah menemukan titik akhir.


Dalam kaitannya dengan karya sastra dan sastrawan penciptanya, proses kreatif adalah sebuah perjalanan kreatif sastrawan dalam menemukan “dirinya sendiri”. Dari awal sekali saat sang sastrawan mulai belajar dan mengenali karya sastra orang lain sampai ia sendiri menemukan sesuatu yang –memminjam istilah Chairil Anwar- menjadi dan mempribadi. Awalnya ia mulai dengan mengenali kata-kata. Terus hingga ia jadi akrab dengan kata-kata itu. Ia mengenali, mengamati, dan mencoba untuk memahami kata-kata itu. Pada tahap ini ia berlanjut untuk mencoba untuk menerjemahkan realitas di depan matanya menjadi kata-kata. Ia berusaha memaknai setiap peristiwa dengan kata-kata. Menerjemahkan sesuatu yang luas dengan kata-kata. Tak jarang ia meminjam kata-kata orang lain. Seiring berjalannya waktu ia akan melakukan reduksi atas kata-kata itu. Ia mulai mencoba mencari kata-kata yang baru. Dan ketika sang sastrawan telah menjalaninya secara intens, ia akan menemukan sesuatu yang benar-benar baru. Gaya ucap. Ia kan menemukan kata-katanya sendiri. Menemukan “lidahnya sendiri”.

Tapi karya sastra bukanlah serangkai peristiwa yang terbentuk dengan kata-kata. Lebih dari itu rangkaian kata itu butuh “roh”. Ia butuh makna. Ia butuh suara untuk menjelaskan gerakan “lidah” sang sastrawan atas realitas di depan matanya. Kata-kata butuh makna untuk menjelaskan semua itu. Tanpa makna, kata-kata hanya akan mengambang dan terbang tertiup angin. Ia tak punya tambatan untuk tetap lekat di hati pembacanya. Sampailah sang sastrawan itu dalam perenungan-perenungan, mengontemplasikan kenyataan yang ia dapati menjadi makna-makna. Terkadang penting, tapi terkadang juga mengecewakan. Ia geluti terus makna-makna itu dengan intens. Sampai-sampai ia sendiri larut dalam kontemplasi itu. Ia hanyut dalam makna-makna itu. Lalu ia temukan realitas yang sebenarnya. Sesuatu yang hakiki dan transendental. Ia jadi sadar ada sesuatu yang akan terus ia gumuli. Eksistensi dan tujuan.

Itu semua tak berlangsung sekali-dua kali. Tidak hanya dalam satu karya saja. Karena semua itu adalah proses yang intens dan dinamis. Ia terjadi secara terus menerus. Tak akan ada batasan akhir. Selesai dengan satu konsepsi, sastrawan akan menyedari adanya konsepsi yang lainnya lagi. Lagi dan lagi.

Pembaca yang budiman, proses ini tidak terjadi secara sama pada setiap diri. Ia terjadi berlain-lainan, berbeda-beda tiap individunya. Karena itulah proses kreatif adalah proses yang pribadi. Barang kali itulah mengapa kebanyakan karya mereka berangkat dari kesendirian. Karena memang mereka punya hasil pencapaian yang sendiri-sendiri dan itu sifatnya berlainan. Tak akan sama pada setiap individunya.

Barang kali itulah sedikit pengetahuan saya tentang proses kreatif. Murni dari pengamatan saya. Jadi maaf bila konsepsi saya masih belum memuaskan atau bahkan melenceng dari konsepsi yang sesungguhnya. Karena memang proses kita berbeda. Itulah mengapa kita harus menghargai setiap perbedaan. Berbeda untuk mencapai hasil yang padu, bukan berbeda untuk jalan sendiri-sendiri. Selamat berproses.


Mandalawangi, 26 April 2009

1 komentar:

.:: TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA * SEMOGA BERMANFAAT UNTUK ANDA SEMUA * WASSALAMU'ALAIKUM ::.