.:: ASSALAMU'ALAIKUM PEMBACA YANG BUDIMAN * SELAMAT MEMBACA CATATAN-CATATAN SEDERHANA INI ::.

Rabu, 06 Mei 2009

KOALISI, KEPENTINGAN, dan RAKYAT


Saat ini suasana ibukota sedang hangat-hangatnya. Dimana-mana saya kira muncul wacana tentang koalisi yang digagas sejumlah parpol guna memenangi pilpres 2009. Ada Partai Demokrat yang sudah cukup klop dengan PKS. Ada Golkar yang masih gamang menentukan posisi. Atau parpol-parpol kecil yang menyatukan suara untuk menunjukkan eksistensinya. Sangat runyamnya demokrasi itu. Lalu apa yang dapat kita sikapi dari fenomena ini?

Saya baru saja membaca harian KOMPAS edisi Senin 27 April 2009 ketika menulis artikel ini. Di headline halaman pertama KOMPAS mengangkat ulasan soal fenomena koalisi ini. Sekaligus pula membeberkan visi dan misi 9 parpol besar. Parpol-parpol itu adalah Partai Demokrat, PDI-P, Golkar, PKS, PKB, PAN, Gerindra, dan Hanura. Dan ada pula ulasan tentang wacana koalisi antar parpol yang bersifat pragmatis. Selesai membaca itu semua saya punya kesimpulan yang agak serius. Saya wujudkan kesimpulan ini dengan kalimat retoris : Apakah koalisi ini menyangkut nasib rakyat Indonesia atau hanya sekadar kepentingan parpol?

Sulit juga menemukan jawaban yang pas meskipun itu berupa jawaban yang masih mengambang. Jika melihat peta koalisi yang sudah banyak merebak di masyarakat, saya jadi agak sangsi. Mengutip dari ulasan KOMPAS itu, bahwa gagasan koalisi yang ada tidak dibangun atas persamaan nilai atau cita-cita perjuangan partai. Sepertinya bangun koalisi itu hanya untuk memenangkan pilpres 2009 mendatang. Lebih lanjut bangun koalisi yang seperti itu dikhawatirkan akan sulit membangun pemerintahan yang kuat dan efektif. Saya memang tidak tahu banyak tentang parpol-parpol yang berkoalisi itu, tapi jika melihat paparan visi dan misi parpol di harian KOMPAS tersebut saya bisa menyimpulkan bahwa ulasan KOMPAS itu bisa berarti benar. Agak aneh juga melihat parpol yang punya citra Islam yang kuat berani berkoalisi dengan parpol yang lebih moderat. Atau Golkar yang terkesan masih hitung-hitung untung dan rugi dalam menentukan partner koalisinya. Juga gagasan koalisi yang tampak dari PDI-P, Hanura, dan Gerindra. Terlihat sangat klop dengan visi dan misinya, tapi jika melihat individu pemimpinnya saya merasa kok agak ganjil juga karena ketiga pemimpin parpol itu –setahu saya- punya latar belakang dan pandangan yang jelas beda. Runyam

Yang menghawatirkan, sampai saat ini kita masih mendengar hiruk-pikuk koalisi masih sebatas “dengan siapa parpol saya nanti berkoalisi?”. Saya belum mendengar parpol-parpol itu mengadakan pembicaraan intens tentang program-programnya untuk kemajuan Indonesia lima tahun mendatang. Padahal itulah pentingnya koalisi menurut saya. Saling berembuk dan bekerja sama dalam menentukan langkah-langkah praktis yang pas dalam menata Indonesia nantinya. Dan sepertinya akan membutuhkan waktu lebih banyak lagi untuk sekadar menunggu sebuah koalisi menyatakan program bersamanya untuk Indonesia. Hal ini melihat gejala yang tampak bahwa bangun koalisi yang ada nantinya dirasa kurang solid dan sebatas mengejar perolehan dalam pilpres 2009 nanti. Lalu akan kita ke manakan nasib rakyat Indonesia?

Yang jelas, rakyat kita mayoritas bukanlah orang-orang yang paham dan mau tahu tantang urusan yang muluk macam koalisi dan perkembangan politik. Rakyat kita masih sibuk untuk mengisi perutnya dan anak cucunya. Alih-alih memikirkan peta politik dan siapa presidennya nanti, yang ada rakyat masih bingung bagaimana memilih mereka dalam pemilu. Bagi saya pribadi, untuk para petinggi parpol di ibukota segeralah selesaikan masalah koalisi ini dan jangan lagi saling jaga gengsi atau rebutan kursi. Rakyat lebih butuh sembako murah daripada mendengarkan sampean-sampean ribut melulu tanpa tujuan yang jelas.

Mandalawangi, 28 April 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.:: TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA * SEMOGA BERMANFAAT UNTUK ANDA SEMUA * WASSALAMU'ALAIKUM ::.