
Hidup adalah pilihan-pilihan dan perjuangan. Kadang hidup itu juga bisa merupakan sebuah perjudian. Terkadang sekeras apapun kita berusaha, pada akhirnya kalau Allah punya kehendak lain, ya apa mau dikata. Menggerutu pun percuma. Itulah perjudian yang sudah berlangsung sejak Nabi Adam tercipta.
Akhirnya manusia akan dibuat bingung, apa perlunya kita hidup? Pertanyaan ini sama sulitnya dengan menggambarkan bagaimana bentuk Allah. Terlalu abstrak. Ya, hidup itu abstrak. Bagaimana mungkin kita menggambarkan wujud Allah, padahal Allah bukanlah dzat fisik. Kalau Allah itu fisik maka ia makhluk. Kalau begitu Allah itu ghoib? Saya rasa tidak, karena malaikat dan Jin juga ghoib meski mereka punya fisik dalam keghoibannya. Allah adalah dzat yang bukan fisik ataupun ghoib. Allah tak bisa dipahami dengan konsepsi fisik dan ghoib. Allah adalah realitas mutlak. Seperti itulah kehidupan. Hanya saja kehidupan adalah keghoiban yang melingkupi kita. Wujud fisiknya adalah apa yang sekarang ini kita lakukan. Hanya saja kehidupan itu terlalu abstrak. Kehidupan adalah semesta kemungkinan, berantakan dan penuh misteri. Tapi pada hakikatnya kehidupan adalah sebuah jalinan keteraturan penciptaan yang berujung apa satu Causa Prima, Ilahi, Sang Maha Pencipta. Sebuah fakta mutlak yang tak bisa dibantah.
Lalu, apa gunanya kita bekerja, belajar, dan berusaha kalau akhirnya hasilnya adalah kepastian Tuhan? Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Bukankah Nabi Muhammad bersabda agar kita berusaha keras untuk dunia seakan kita hidup selamanya, dan berusaha untuk akhirat seakan kita mati besok. Jadi jelas hidup itu punya tujuan. Untuk itulah akhirnya kita mati. Kembali pada Causa Prima, Allah. Seperti apa yang disyairkan Abu Nawas :
“Wahai Tuhan, aku bukanlah ahli surga tapi aku tak akan sanggup di neraka.”
Lalu apa yang sebenarnya kita inginkan dala hidup? Ridho. Itulah yang kita cari, kita tuju. Dengan begitu masuk neraka pun akan enak karena memang Alloh telah meridhoi kita, masuk surga pun akan lebih nikmat karena ridho dari Alloh.
Jadi, kalau begitu kita tak usah berusaha saja, toh hasilnya yang menentukan bukan kita. Tentu tidak bisa begitu. Allah memang Maha Menentukan, dialah pusat semua hal. Tapi siapakah yang menjalani hidup ini? Apa Allah yang menjalaninya? Tidak, kitalah yang menjalani hidup. Allah tak butuh apa-apa, tapi kita butuh apa-apa. Seperti apakah “apa-apa” yang kita butuhkan, yang kita cari. Itulah ridho Alloh seperti apa yang disyairkan Abu Nawas. Kalau kita mau berusaha, paling tidak jalan menuju ridho itu akan sedikit dimudahkan. Hal ini tak terbatas pada surga dan neraka, karena sekali lagi tujuan kita adalah Alloh. Surga dan neraka adalah wujud ridho Alloh itu sendiri atas apa yang kita usahakan.
Mungkin ada satu ungkapan yang setidaknya bisa menjelaskan mengapa kita berusaha dalam hidup ini. Ungkapan itu dikemukakan oleh Leo Tolstoy : “Tuhan tahu, tapi Dia menunggu.” Percaya atau tidak, terserah anda. Toh ini cuma omong kosong saya.
Mandalawangi, 10 Maret 2009
Rabu, 11 Maret 2009
NGOMONG-NGOMONG TENTANG HIDUP
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Hidup memang pilihan. Dan karena hidup itu adalah pilihan maka pilihlah dengan bijak...
BalasHapusSemangat
BalasHapus