.:: ASSALAMU'ALAIKUM PEMBACA YANG BUDIMAN * SELAMAT MEMBACA CATATAN-CATATAN SEDERHANA INI ::.

Senin, 29 Maret 2010

Hadiah Ulang Tahun Buat Gie

        Saya lupa waktu itu tanggal berapa, yang jelas saat itu bulan Desember hari Jumat. Sekitar pukul 22.30 saya baru saja menyelesaikan tugas sekolah, lalu karena belum ingin tidur saya putuskan untuk nonton TV sambil ngopi. Saya baru sadar saat itu ada acara favorit saya, Kick Andy. Tak mau ketinggalan acara tersebut segera saya alihkan channel ke Metro TV. Untunglah acara talkshow itu belum usai. Tapi saya agak menyesal tidak bisa mengikuti sejak awal apalagi topik yang dibahas saat itu sangat saya gandrungi. Kick Andy saat itu membahas tentang sosok Soe Hok Gie setelah 40 tahun kematiannya. Dari situlah saya dapat info tentang buku ini. Malam itu saya berjanji pada diri saya sendiri, dalam seminggu ini saya harus hunting dan mendapatkannya. Dan akhirnya keberuntungan menghampiri saya, hari minggu saya hunting ke Togamas dan alhamdulillah saya mendapatkannya. Lebih bangga lagi, ternyata saya adalah pembeli buku ini yang pertama di Kediri (saat itu baru dua hari setelah launching buku dan Togamas Kediri hanya punya 1 eksemplar). Hehehe ….

        SOE HOK-GIE …Sekali Lagi (selanjutnya saya singkat SHGSL) adalah sebuah memoar tentang Hok-Gie dari berbagai sudut pandang. Secara umum SHGSL terbagi dalam lima bagian. Bagian pertama tentang kisan perjalanan terakhir Gie dan kawan-kawannya ke Semeru yang berujung kematiannya dan Idhan Dhanvantari Lubis, 16 Desember 1969. Dikisahkan panjang lebar oleh Rudy Badil, seorang kawan dekat Gie yang ikut dalam pendakian Semeru yang juga editor SHGSL.

        Bagian kedua adalah tulisan-tulisan kawan-kawan Gie tentang ingatan mereka pada sosok Gie dan kecintaannya mendaki gunung. Di selingi kisah-kisah menarik tentang pendakian ke Semeru. Bagian ketiga masih diisi oleh kawan-kawan dekat Gie. Dalam bab ini diceritakan secara intens pengalaman-pengalaman mereka semasa berorganisasi di UI kurun 1960-1969 bersama Gie. Merekalah saksi dan eksponen mahasiswa yang ikut andil meruntuhkan rezim orde lama.

        Bagian keempat diisi oleh mereka-mereka yang oleh Gie disebut sebagai “The Angry Young Men”. Kebanyakan adalah mantan aktivis mahasiswa dekade 80-an dan anak muda-anak muda yang terinspirasi oleh Gie. Dan pada bagian kelima pembaca sekalian disuguhi tulisan-tulisan Gie yang revolusioner yang pernah diterbitkan di berbagai media massa. Lengkap rasanya jika disebut sebagai sebuah memoar. Dan dengan terbitnya SHGSL ini semakin mengukuhkan siapa Gie sebenarnya.

       Kebanyakan tulisan-tulisan di SHGSL bergaya cerita atau sebuah refleksi. Bagi pembaca yang telah tuntas membaca Catatan Seorang Demonstran (CSD), akan sangat lengkap lagi jika membaca buku ini. Jika kita melihat sosok Gie sebagai individu dalam CSD, maka kehadiran SHGSL merupakan potret Gie sebagai seorang manusia di mata manusia lain. Ada nuansa keakraban dalam tulisan-kawan-kawannya, juga rasakan betapa Gie punya pengaruh kuat bagi anak muda-anak muda sesudahnya. Bagi pembaca yang punya hobi sama dengan Gie, naik gunung, barangkali pengalaman Gie dan kawan-kawannya bisa jadi penyemangat tersendiri bagi anda.

        Jika bicara masalah kekurangan buku, hanya satu catatan saya setelah membaca buku ini. Hampir semua kontributor buku ini melihat sosok Gie dalam kerangka yang sangat perfect. Terkesan hanya sisi positif Gie saja yang menonjol. Gie telah bertransformasi menjadi sosok yang kudus dan selalu sempurna, sehingga pada titik tertentu pembaca akan merasa bosan. Dengan mudah pembaca bisa menebak ke mana arah pembicaraan penulis dalam memandang sosok Gie. Lalu sedikit kejanggalan kecil saya rasakan ketika membaca tulisan pengantar dari Prof. Dr. Gumilar Rusliwa Somantri. Arah pembicaraan rasanya jadi berbelok menjadi promosi universitas.

        Terlepas dari itu semua, bagi anda yang memang mengidolakan Gie akan sangat rugi jika tidak membaca buku ini. Setelah membaca CSD, pembaca akan lebih memahami lagi sosok Gie melalui SHGSL ini. Tepat kiranya jika buku ini disebut sebagai hadiah ulang tahun buat Gie. Selamat membaca.

Mandalawangi, 29 Maret 2010



3 komentar:

  1. soe hok gie memang jadi sosok yang mengagumkan.aku nggak akan tahu manusia ajaib ini kalau nggak pinjam buku fadrik ini.makasih drik,,,

    BalasHapus
  2. Jah-jah panggah ngunu ae....Q yo pnjam yach... hehe

    BalasHapus

.:: TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA * SEMOGA BERMANFAAT UNTUK ANDA SEMUA * WASSALAMU'ALAIKUM ::.